Biografi Syafruddin Prawiranegara, Sang Presiden Kedua yang Terlupakan

1 min read

Mungkin dari kita masih banyak yang berfikir bahwa presiden yang kedua adalah Soeharto. Padahal sebenarnya presiden kedua adalah Syafruddin Prawiranegara. Sebagai presiden yang terlupakan, biografi Syafruddin Prawiranegara menjadi daya tarik tersendiri untuk diikuti.

Biografi sendiri merupakan sebuah kisah seorang tokoh yang ditulis oleh orang lain untuk dijadikan teladan pembacanya. Berikut ini adalah kisah dari Syafruddin Prawiranegara sebagai presiden kedua.

Kelahiran Syafruddin Prawiranegara

Image Source: nusantara.news

Syafruddin Prawiranegara adalah pejuang kemerdekaan yang gigih merebut kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Jepang dan Belanda. Beliau lahir di Serang pada tanggal 28 Februari 1911.

Syafruddin Prawiranegara memiliki nama panggilan kecil yaitu kuding yang berarti udin berasal dari namanya yaitu syafruddin. Beliau memiliki darah Banten dari sang ayah dan Minangkabau dari ibundanya. Buyutnya adalah Sutan Alam Intan yang merupakan keturunan raja Pagaruyung.

Pendidikan Syafruddin Prawiranegara

Pendidikan yang ditempuh beliau adalah ELS dimulai pada tahun 1925. Setelah lulus dari ELS, beliau melanjutkan pendidikannya di MULO Madiun pada tahun 1928. Setelah itu melanjutkan ke AMS yang berada di Bandung pada tahun 1931.

Pendidikan tinggi Syafruddin Prawiranegara ditempuh di Sekolah Tinggi Hukum Rechtshogeschool yang berada di Jakarta pada tahun 1939. Sekolah tinggi tersebut kini merupakan fakultas hukum dari Universitas Indonesia.

Beliau meraih gelar magister di sekolah tinggi hukum tersebut. Setelah lulus pendidikan tinggi, Syafruddin Prawiranegara bekerja menjadi pegawai radio serta pegawai keuangan Jepang dan Belanda.

Karir Kepemimpinan Syafruddin Prawiranegara

Setelah proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, Syafruddin Prawiranegara menjabat sebagai anggota Badan Pekerja KNIP yang memiliki tugas seperti DPR dan MPR. Setelah itu beliau diangkat menjadi menteri kemakmuran Republik Indonesia.

Sejarah beliau ditunjuk sebagai presiden merupakan biografi Syafruddin Prawiranegara yang cukup dicari. Pada 19 Desember 1948 terjadi agresi militer dua dari Belanda di ibukota waktu itu adalah Yogyakarta. Agresi tersebut membuat presiden Soekarno ditangkap dan diasingkan oleh Belanda.

Wakil presiden Hatta mengirimkan telegram kepada Menteri Kemakmuran saat itu Syafruddin Prawiranegara untuk membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia. Syafruddin Prawiranegara akhirnya membentuk PDRI dan menjadi ketua bersama TM Hasan sebagai wakil.

Syafruddin Prawiranegara menjadi presiden kedua atau ketua PDRI selama 207 hari yaitu pada 19 Desember 1948 hingga 13 Juli 1949. Mandat presiden diberikan kembali kepada Soekarno pada 14 Juli 1949 setelah dibebaskan oleh Belanda.

Setelah itu Syafruddin Prawiranegara menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri RI di tahun 1949, Menteri Keuangan di tahun 1949 hingga 1950, dan Gubernur Bank Sentral Indonesia yang pertama pada tahun 1951. Bank Sentral Indonesia sebelumnya bernama Javasche Bank.

Keluarga Syafruddin Prawiranegara

Daya tarik biografi Syafruddin Prawiranegara selanjutnya adalah keluarga beliau. Syafruddin Prawiranegara menikah dengan Tengku Halimah Syehabuddinn yang berasal dari Aceh.

Dari pernikahan itu, beliau dikaruniai 8 anak dengan 15 orang cucu. Cucu yang ketiga belas Syafruddin Prawiranegara lahir pada tahun 1981 di Australia dan menjadi bayi tabung pertama Indonesia.

Penghargaan yang Diberikan Kepada Syafruddin Prawiranegara

Sebagai pejuang kemerdekaan, Syafruddin Prawiranegara juga dianugerahi gelar kepahlawanan yaitu sebagai pahlawan nasional dengan dikeluarkannya keputusan presiden No. 113/TK/2011. Gelar tersebut diberikan kepada Syafruddin Prawiranegara pada tahun 2011 yaitu sekitar 22 tahun setelah beliau wafat.

Itulah biografi Syafruddin Prawiranegara sebagai presiden kedua atau ketua PDRI yang banyak dilupakan. Sebagai warga negara yang baik, mengetahui dan mempelajari sejarah pahlawan nasional adalah bagian dari rasa cinta tanah air yang harus ditumbuhkan, terutama untuk kaum pemuda dan pemudi melanjutkan estafet kepemimpinan bangsa.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *